...
Disaat selesai membuat event dan penjurian tronic foto contest 3, di JHCC Jkt 2010
Mendadak senang dan bercampur duka…
Ketika di hubungi bro Mario Blanco via telpon….
Disaat selesai membuat event dan penjurian tronic foto contest 3, di JHCC Jkt 2010
Mendadak senang dan bercampur duka…
Ketika di hubungi bro Mario Blanco via telpon….
Yang membuat senang, jujur saja, sudah sering motret ke Bali, tapi ini pertama kali motret ngaben....hmmm jadi malu gue wkwkwk.
Kemana aja sih ?
Yang membuat duka, kita telah kehilangan salah satu putra bangsa yg merupakan tokoh bali dan negara, Prof. Dr. Ida Bagus Oka. Semoga almarhum diberi tempat terbaik “disana” dan keluarga yg ditinggalkan diberi ketabahan.
Tgl 7 s/d 11 April (4 hari) di Bali.
sampai di ubud, nginap di The Blanco Renaissance Museum, hari sudah malam. Satu yg pasti BENAR…tulisan di pintu gerbang museum…
”the home, the studio, the galleries, the garden, the balinese family and the creative works of the artist”
sampai di ubud, nginap di The Blanco Renaissance Museum, hari sudah malam. Satu yg pasti BENAR…tulisan di pintu gerbang museum…
”the home, the studio, the galleries, the garden, the balinese family and the creative works of the artist”
sesampainya, ngobrol bentar dgn bro mario blanco, trus istirahat untuk acara besok, ceremoni sehari sebelum ngaben bpk Oka, "pengambilan air suci"
DAY 01
“Sebaiknya pakai baju yg sama juga” jawabnya cepat….sambil meminjamkan koleksi sarung udeng dan kawan2.
supaya dapat membaur dengan yg hadir......biar tidak dianggap asing. dan kita bebas berekpresi dgn tetap menghormati acara braderrrrrrrrrrrrr....wkwkwkkwk
“Sini tak bantuin nick” kata ketut lecir
agak kaku memang….hehehuhuhu…..yah sudah lah….yg penting
“think globally, dress locally”
wkwkwk hehehhhuhuhu
selanjutnya mempersiapkan sang anak untuk acara pengambilan air suci.
Cucu dan anak bapak Oka (Ida Bagus Oka Indratenaya) besenda gurau
sebelum acara yg penuh dgn nuansa kekeluargaan yg hangat
beranjak ketempat pengambilan air suci.
“sibuk”
moment ini didapat saat sebelum doa...barisan sudah rapat mengisi...namun masih belum dipimpin, dan masih beraktivity satu dan lain, terutama panitia acara...sehingga momentnya rapat tubuh tersusun rapi...membentuk pola...tinggal melirik komposisi...klik....enjoy
saat persiapannya
suasana sembahyang untuk pengambilan air suci
cucu bpk Oka yg bernama Ida Ayu Keysha Zeta Blanco Oka.
“putri bali ini bintangnya dalam acara…hmmmmm “ ujar gue tak sadar dicandid ketut lecir, saat gue motret dgn lighting PFL 400 CD Tronic
(menurut gue loooo wkwkwk membela kampung sendiri hehehe)
DAY 02
Sumber Wikipedia : Ngaben adalah upacara pembakaran mayat atau kremasi umat Hindu di Bali, Indonesia. Acara Ngaben merupakan suatu ritual yang dilaksanakan guna mengirim jenasah kepada kehidupan mendatang. Jenasah diletakkan selayaknya sedang tidur, dan keluarga yang ditinggalkan akan senantiasa beranggapan demikian (tertidur). Tidak ada airmata, karena jenasah secara sementara waktu tidak ada dan akan menjalani reinkarnasa atau menemukan pengistirahatan terakhir di Moksha (bebas dari roda kematian dan reinkarnasi).
Hari yang sesuai untuk acara ini selalu didiskusikan dengan orang yang paham. Pada hari ini, tubuh jenasah diletakkan didalam peti-mati. Peti-mati ini diletakkan di dalam sarcophagus yang menyerupai Lembu atau dalam Wadah berbentuk vihara yang terbuat dari kayu dan kertas. Bentuk lembu atau vihara dibawa ke tempat kremasi melalui suatu prosesi. Prosesi ini tidak berjalan pada satu jalan lurus. Hal ini guna mengacaukan roh jahat dan menjauhkannya dari jenasah.
Puncak acara Ngaben adalah pembakaran keluruhan struktur (Lembu atau vihara yang terbuat dari kayu dan kertas), berserta dengan jenasah. Api dibutuhkan untuk membebaskan roh dari tubuh dan memudahkan reinkarnasi.
Ngaben tidak senantiasa dilakukan dengan segaera. Untuk anggota kasta yang tinggi, sangatlah wajar untuk melakukan ritual ini dalam waktu 3 hari. Tetapi untuk anggota kasta yang rendah, jenasah terlebih dahulu dikuburkan dan kemudian, biasanya dalam acara kelompok untuk suatu kampung, dikremasikan.
Ngaben Prof. Dr. Ida Bagus Oka
mantan gubernur Bali dan pernah menjabat sebagai menteri negara kependudukan, kabinet reformasi.
meninggal : 7 maret 2010
plebon : 9 april 2010
Hari yang sesuai untuk acara ini selalu didiskusikan dengan orang yang paham. Pada hari ini, tubuh jenasah diletakkan didalam peti-mati. Peti-mati ini diletakkan di dalam sarcophagus yang menyerupai Lembu atau dalam Wadah berbentuk vihara yang terbuat dari kayu dan kertas. Bentuk lembu atau vihara dibawa ke tempat kremasi melalui suatu prosesi. Prosesi ini tidak berjalan pada satu jalan lurus. Hal ini guna mengacaukan roh jahat dan menjauhkannya dari jenasah.
Puncak acara Ngaben adalah pembakaran keluruhan struktur (Lembu atau vihara yang terbuat dari kayu dan kertas), berserta dengan jenasah. Api dibutuhkan untuk membebaskan roh dari tubuh dan memudahkan reinkarnasi.
Ngaben tidak senantiasa dilakukan dengan segaera. Untuk anggota kasta yang tinggi, sangatlah wajar untuk melakukan ritual ini dalam waktu 3 hari. Tetapi untuk anggota kasta yang rendah, jenasah terlebih dahulu dikuburkan dan kemudian, biasanya dalam acara kelompok untuk suatu kampung, dikremasikan.
Ngaben Prof. Dr. Ida Bagus Oka
mantan gubernur Bali dan pernah menjabat sebagai menteri negara kependudukan, kabinet reformasi.
meninggal : 7 maret 2010
plebon : 9 april 2010
Memberi "hantaran"...Saat persiapan menjelang Ngaben
Pakai lighting mobilite tronic PFL 400 Cd
Asap mengulung dan membumbung ke angkasa.
Habis sudah ikatan dengan dunia dari sang jenazah.
Dan jiwa yang bersemayam di badan kasarnya,
terbang menuju tempat yang lebih baik di alam sang pencipta…..
Selesai sudah acara dan kami pun pulang sambil merencanakan motret sore hari
Sore menuju penglipuran, kampung bali dengan rumah asli ?
Diperjalanan mampir ke pura cagar budaya (klasik)
Gerimis muncul….ketut lecir memayungi mario blanco
Gue mending dalem mobil motret buka kaca wkwkwkwk
Sore menuju penglipuran, kampung bali dengan rumah asli ?
Diperjalanan mampir ke pura cagar budaya (klasik)
Gerimis muncul….ketut lecir memayungi mario blanco
Gue mending dalem mobil motret buka kaca wkwkwkwk
karena jelang malam mulai merayap turun, kami pun bergegas pulang….lumayan untuk survey dan motret kemudian waktu.
Langsung save favorite di google maps via bb. Suatu yg menarik….google maps bekerja baik di bali, detailnya dapet. TOP
Diperjalanan kami merencanakan pemotretan esok hari dari subuh jam 5 pagi sudah berangkat, ke "puncak"nya bali….gunung batur…berhawa dingin dan sejuk
Langsung save favorite di google maps via bb. Suatu yg menarik….google maps bekerja baik di bali, detailnya dapet. TOP
Diperjalanan kami merencanakan pemotretan esok hari dari subuh jam 5 pagi sudah berangkat, ke "puncak"nya bali….gunung batur…berhawa dingin dan sejuk
DAY 03
Pagi hari
gunung batur, abang dan agung, Bali
kabut pagi yg menyelimuti dibawah sana...
view from puncak batur mountain, Bali.
nikon D2X (D40 kantongin dulu) biar dapet range lebih detail, lensa nikon 105mm fix,
filter tianya gradual ND
ini foto. difoto kondisi pagi. Kalo pun dilihat mata telanjang emang udah bagus.
Hanya bagaimana kita seleksi di frame.
Di edit cuma angkat warna dikit saja.
...masih ingat sejuk & segarnya di spot ini...hmmmm
view from puncak batur mountain, Bali.
nikon D2X (D40 kantongin dulu) biar dapet range lebih detail, lensa nikon 105mm fix,
filter tianya gradual ND
ini foto. difoto kondisi pagi. Kalo pun dilihat mata telanjang emang udah bagus.
Hanya bagaimana kita seleksi di frame.
Di edit cuma angkat warna dikit saja.
...masih ingat sejuk & segarnya di spot ini...hmmmm
paginya sarapan dan kopi hangat sangat menyempurnakan suasana.
Selajutnya perjalanan kami lanjut ke kintamani dilanjut ke desa trunyan, mau tahu tentang makam yang mayatnya tak dikubur namun tak berbau busuk
Selajutnya perjalanan kami lanjut ke kintamani dilanjut ke desa trunyan, mau tahu tentang makam yang mayatnya tak dikubur namun tak berbau busuk
biasanya kalau ke daerah lain di indonesia, dipinggir sawah begini, yg dijemur padi, ikan asin dll hehehe
namanya juga bali....karya seni, yg dijemur masyarakat sekitarnya...wkwkwkwk
kintamani, bali
Disini…..saat negoisasi ke 2 (cari yg murah) untuk naik perahu ke desa trunyan…kami dapat bonus tambahan, seorang nenek melintas….kami candid
namanya juga bali....karya seni, yg dijemur masyarakat sekitarnya...wkwkwkwk
kintamani, bali
Disini…..saat negoisasi ke 2 (cari yg murah) untuk naik perahu ke desa trunyan…kami dapat bonus tambahan, seorang nenek melintas….kami candid
menyusuri danau dengan pemandangan yg indah
boat yg pakai atap yg dipakai
Desa Trunyan banyak di kabar tidak sedap terjadi.
Petikan dari forum diskusi di fotografer.net
(etoy) Subagio Rasidi Kusrini
Vienna, Austria
Desa Trunyan, Bali (Summer 1979 dan terakhir Summer 2008)
Di desa Trunyan, saya mengalami beberapa kali pengalaman yang sangat jelek selama di Trunyan. Disini pengunjung tidak saja di peras untuk dimintakan sumbangan secara paksa, tetapi juga juga untuk membuat foto foto dan kalau anda sial seperti saya, perahu yang mengantarkan anda tidak akan kembali kalau anda tidak bersedia untuk membayar lebih, modus kejadian ini hampir selalu terjadi kalau pengunjung ingin kembali ketika hari sudah mendekati magrib, ini terjadi 21 tahun yang lalu. Setelah itu saya masih 3 kali kesana dan sekarang saya betul betul kapok dan dalam setiap SlideShow mengenai Bali di Austria, saya selalu memperkenalkan metoda pemerasan ini.
Di Trunyan seorang pengunjung harus hati hati ketika mengeluarkan dompet untuk memberi sumbangan, lengah sedikit dompet akan di "sambar" oleh orang desa Trunyan tanpa ada rasa malu sedikitpun.
Palty O. S.
Jakarta
Pengalaman di trunyan : sewa kapal 350 ribu, sampai disana langsung dimintain rokok, kebetulan di kantong ada 2 bungkus surya pro, saya kasih satu yang masih belum di buka, "pegang aja pak" saya bilang begitu. Tujuan kesitu memang mau tahu tentang makam yang mayatnya tak dikubur namun tak berbau busuk. tanya sana sini, ngalor ngidul, terus dimintain uang buat sumbangan pemeliharaan katanya, sukarela kok, trik pancingan di taruh 100 ribuan 2 lembar 50 ribuan 4 lembar, kami ber 10 orang, semua ngasih, 4 orang 20 ribu, 4 orang 50 ribu, 2 orang 100 ribu. Itu semua dikasih karena memang kita mau ikutan memelihara budaya indonesia. Pas selesai dan mau pulang, mereka minta uang "SUKARELA" buat mereka penjaga makam.....
Karuan saja "BATAK" saya keluar habis-habisan disitu "TADI KENAPA GAK NGOMONG KALAU MAU MINTA LAGI, KAN BISA SAYA SISIHKAN DARI UANG PEMELIHARAAN TADI". Niat yang ikhlas tadi jadi gak ikhlas deh gara-gara digituin. Dan sangkin dongkolnya, sesering-seringnya ke bali, gak bakalan nginjek TRUNYAN lagi..... lebih baik ke gunung batur!! lebih indah dan sejuk!! big grin - dan yang mereka dapetin cuma makian dari saya aja..... rasain luh!!
Informasi tersebut banyak benarnya….
atas dasar info seperti subagio, palty dan banyak lagi, gue juga was-was mau kesana
berhubung penasaran dan mau buktikan, kita coba
kalau dekat restauran terapung (kintamani) ada boat menuju kuburan trunyan (mahal rp 400.000 mentok) dan pedagang asongan yg masih agresif (minimal belanja rp 5.000 sudah buat dia senang)...cuma kalau kira menyusuri jalan tersebut..sampai ketemu desa terakhir yg bisa dilalui mobil...
harga lebih murah sewa boat rp 300.000 (sudah termasuk sumbangan di pulaunya, walau sebenarnya menurut saya masih mahal, ya sudahlah),
update : dan mereka terlihat sudah mulai merasakan impact dari "budaya reman" membuat mereka menurun pendapatan dari sektor pariwisata.
sampai di pulau kuburan, dgn budaya mereka membiarkan tengkorak muncul dipermukaan tanah...piring sumbangan memang saya lihat diberi taktik taruh uang rp 100.000, ada dua lembar...
penjaganya agresif, namun menahan diri, karena sikap yg saya tonjolkan kemereka, "jangan pugli, berbahaya bagi trunyan" kurang lebih begitu lah messagenya.
setelah puas motret, kita selip rp 50.000 di piring...penjaga tidak kasar...cuma mencoba agak agresif untuk nambah...saya bilang tidak.
Cuma 30 menit kami disini….
Lanjut kembali ke darat….dan merasa kurang "konsen" motret karena situasi diatas.
Kami pun melihat LCD dan tertegun mau motret nenek yg ketemu di kintamani tadi….bergegas dan dengan modal foto di LCD…ketut disuruh bro mario bertanya ke salah satu rumah…eh..rejeki…ternyata itu rumah nenek tersebut.
PDKT terjadi, dan kami mulai men set lighthing dgn mobilite Tronic PFL 400 CD
Petikan dari forum diskusi di fotografer.net
(etoy) Subagio Rasidi Kusrini
Vienna, Austria
Desa Trunyan, Bali (Summer 1979 dan terakhir Summer 2008)
Di desa Trunyan, saya mengalami beberapa kali pengalaman yang sangat jelek selama di Trunyan. Disini pengunjung tidak saja di peras untuk dimintakan sumbangan secara paksa, tetapi juga juga untuk membuat foto foto dan kalau anda sial seperti saya, perahu yang mengantarkan anda tidak akan kembali kalau anda tidak bersedia untuk membayar lebih, modus kejadian ini hampir selalu terjadi kalau pengunjung ingin kembali ketika hari sudah mendekati magrib, ini terjadi 21 tahun yang lalu. Setelah itu saya masih 3 kali kesana dan sekarang saya betul betul kapok dan dalam setiap SlideShow mengenai Bali di Austria, saya selalu memperkenalkan metoda pemerasan ini.
Di Trunyan seorang pengunjung harus hati hati ketika mengeluarkan dompet untuk memberi sumbangan, lengah sedikit dompet akan di "sambar" oleh orang desa Trunyan tanpa ada rasa malu sedikitpun.
Palty O. S.
Jakarta
Pengalaman di trunyan : sewa kapal 350 ribu, sampai disana langsung dimintain rokok, kebetulan di kantong ada 2 bungkus surya pro, saya kasih satu yang masih belum di buka, "pegang aja pak" saya bilang begitu. Tujuan kesitu memang mau tahu tentang makam yang mayatnya tak dikubur namun tak berbau busuk. tanya sana sini, ngalor ngidul, terus dimintain uang buat sumbangan pemeliharaan katanya, sukarela kok, trik pancingan di taruh 100 ribuan 2 lembar 50 ribuan 4 lembar, kami ber 10 orang, semua ngasih, 4 orang 20 ribu, 4 orang 50 ribu, 2 orang 100 ribu. Itu semua dikasih karena memang kita mau ikutan memelihara budaya indonesia. Pas selesai dan mau pulang, mereka minta uang "SUKARELA" buat mereka penjaga makam.....
Karuan saja "BATAK" saya keluar habis-habisan disitu "TADI KENAPA GAK NGOMONG KALAU MAU MINTA LAGI, KAN BISA SAYA SISIHKAN DARI UANG PEMELIHARAAN TADI". Niat yang ikhlas tadi jadi gak ikhlas deh gara-gara digituin. Dan sangkin dongkolnya, sesering-seringnya ke bali, gak bakalan nginjek TRUNYAN lagi..... lebih baik ke gunung batur!! lebih indah dan sejuk!! big grin - dan yang mereka dapetin cuma makian dari saya aja..... rasain luh!!
Informasi tersebut banyak benarnya….
atas dasar info seperti subagio, palty dan banyak lagi, gue juga was-was mau kesana
berhubung penasaran dan mau buktikan, kita coba
kalau dekat restauran terapung (kintamani) ada boat menuju kuburan trunyan (mahal rp 400.000 mentok) dan pedagang asongan yg masih agresif (minimal belanja rp 5.000 sudah buat dia senang)...cuma kalau kira menyusuri jalan tersebut..sampai ketemu desa terakhir yg bisa dilalui mobil...
harga lebih murah sewa boat rp 300.000 (sudah termasuk sumbangan di pulaunya, walau sebenarnya menurut saya masih mahal, ya sudahlah),
update : dan mereka terlihat sudah mulai merasakan impact dari "budaya reman" membuat mereka menurun pendapatan dari sektor pariwisata.
sampai di pulau kuburan, dgn budaya mereka membiarkan tengkorak muncul dipermukaan tanah...piring sumbangan memang saya lihat diberi taktik taruh uang rp 100.000, ada dua lembar...
penjaganya agresif, namun menahan diri, karena sikap yg saya tonjolkan kemereka, "jangan pugli, berbahaya bagi trunyan" kurang lebih begitu lah messagenya.
setelah puas motret, kita selip rp 50.000 di piring...penjaga tidak kasar...cuma mencoba agak agresif untuk nambah...saya bilang tidak.
Cuma 30 menit kami disini….
Lanjut kembali ke darat….dan merasa kurang "konsen" motret karena situasi diatas.
Kami pun melihat LCD dan tertegun mau motret nenek yg ketemu di kintamani tadi….bergegas dan dengan modal foto di LCD…ketut disuruh bro mario bertanya ke salah satu rumah…eh..rejeki…ternyata itu rumah nenek tersebut.
PDKT terjadi, dan kami mulai men set lighthing dgn mobilite Tronic PFL 400 CD
eit sorry…itu bukan cucunya, tetapi ketut lecir.
nenek mangku dalang dan cucunya
ssssssssss…..long live for you dadong
foto pilihan editor -world online galery- "1x.com"
kisah di belakang prestasi ini
kamera nikon d40, lensa nikon 105mm
lighting mobilite tronic PFL 400 CD
selesai sudah pemotretan kali ini…dan kami beranjak pulang.
Tx to bro mario blanco atas kekeluargaannya
Tx juga atas pinjaman baju adatnya
Tx to ketut lecir yg ngebantu jadi team ligthingnya
hmm...absen gear gue ahh :
nikon D40 & lensa 105mm fix ditangan kanan
digantung leher nikon D2X dan lensa 50mm fix nikon
mobilite tronic pfl 400 cd ditangan kiri,
batterainya digantung dileher, berdamping dgn nikon D2X.
dipanggul ditas...lensa sigma 10-20mm, flash tronic s1900, flash tronic seri 9 for nikon, filter tianya 8 jenis, nd 8, wireless triger tronic, omni bounce, cleaning kit. (dll keperluan pribadi lainnya) wkwkwkwkwk
kesimpulan :
sangat enak membawa mobilite tsb, small and powerfull,
energi baterai tahan 400 frame,
watt 400ws....syarat ligthing mobilite...
gadget & fashion look :)
sampai flash eksternal saya nggak sempat terpakai di event ini.
by : nickodarwis
bali, april 2010
TRAVEL - BALI BEFORE...ramadhan 2009