Go !.....Pop Up / Internal flash
Nasib mu terkesan hanya pelengkap dalam kamera ku !
Ketika ku bawa motret, banyak kuhindari pemakaian mu.
Dipikiran ku…..,
Kalau ku pakai foto jadi flat, nggak greget, murahan dan bergaya “biasa banget”…!
Kalau diposisikan terbuka, aku takut, kamu patah, karena bentuk mu yg kurus dan rapuh, sehingga kalau aku jual body slr ini kelak, harga menungkik-turun dgn tajam.
Kusimpan saja dirimu itu…..
Dalam mengekslpore fotografi, memang kita harus terus mencoba-mencoba dan mencoba.
Foto-foto kita buat, ada baiknya tampil beda, nggak sekedar dokumentasi (foto yg kaku, foto dengan sinar terang benderang. “Foto biasa”, an ordinary picture coming from an ordinary shot), tetapi berusaha foto tsb bisa disebut “karya fotografi” yg minimal saja sudah cukup, nggak muluk-muluk lah dgn “gear standart”…hehehehe
foto dapat bercerita dan “greget” untuk diamati….ada permainan cahaya dan sedikit efek-efeknya. Mengkutip dari HS Gautama, sebaiknya kita berusaha menciptakan “ilusi visual”. Disinilah maka akan muncul “rasa” dalam foto tersebut. http://hsgautama.multiply.com/journal/item/242/Fotografi_Cahaya_Selektif
Pada shutter speed lambat kamera foto, banyak momet yg tak terduga, efek mengalir atau motion dari obyek bergerak atau gerakan cahaya dapat juga memper”unik” foto-foto kita.
Tanpa flash permainan efek motion cahaya bisa dilakukan, tetapi obyek yg tidak terkena sapuan sinar menjadi gelap, dan benda (POI) yg bergerak tidak dapat “dibekukan” frezze. Untuk membuat foto yg lebih berbicara pada shutter gerakan lambat, seringnya kita membutuhkan POI yg terang dan ada efek bekunya, agar foto dapat bercerita dengan baik, suasana gembira, aksi, dll dapat dipertahankan.
Selama ini, ada suatu pemikiran..jika tidak memiliki flash (GN tinggi, TTL BL dan kecanggihan lainnya) serta tripod pro (ada ballheadnya) jangan merasa, “wah gw nggak punya flash dan tripod nih” nggak bisa ikut dari ajakan hunting “night shoot” dengan temen2 yg bikin event kecil tsb. Hal lainnya lagi, seringnya kita berpergian cuma membawa peralatan minimal gear kita, gampang dibawa dan dapat masuk tas kecil, dengan body DSLR berserta lensa kit (atau satu lensa favorite saja), tanpa tripod (nggak mau ribet) bahkan terkadang kita cuma membawa lensa pocket.
Internal/pop up flash internal yg sering dihindari pemakaiannya sebenarnya menyimpan beberapa manfaat untuk meningkatkan skill dan penetrasi gaya fotografi kita.
Kalau di kamera pocket menyediakan mode exposure “night scene” sehingga terpilih shutter speed rendah dan flash internal tetap menyala.
Pada kamera DSLR dapat mengaktifkan :
1. Flash Rear Sync (2nd curtain) pada setting flash anda, flash akan hidup diawal “shutter on” dan akan “on kembali” menangkap posisi akhir pergerakan POI. Boleh memakai tripod untuk bertahan dari guncangan dari shutter yg panjang. Sah-sah juga jika tidak memakai tripod
2. Flash normal (1st curtain) pada setting flash anda, flash akan hidup diawal, dan rana yg terbuka akan merekam gerakan POI. Boleh memakai tripod untuk bertahan dari guncangan dari shutter yg panjang. Sah-sah juga jika tidak memakai tripod …feel free !
Kebanyakan DSLR memiliki setting shutter speed “BLUB”. Shutter speed ini biasanya ditandai dgn huruf “B”. Jika kamera diatur ke setting Blub maka shutter akan terbuka selama tombol shutter ditekan. Shutter speed dapat kita kontrol sesuka kita dari speed tinggi ke rendah sekalipun, biar lebih fleksible.
Semakin lama shutter speed dibuka (8 s/d 30 detik bisa lebih) maka gambar menjadi terang dan obyek yg bergerak akan terlihat mengalir.
Satu yg pasti penggunaan shutter speed yg panjang membuat kamera rentan terhadap goyangan, POI bisa blur/shake.
Namun jika menggunakan flash, minimal pop up/internal flash, dengan tehnik Rear Sync (2nd curtain) yg hidup diawal ketika shutter on dan akhir ketika shutter dilepas. Atau bisa dgn Flash (1st curtain), dan diantara gerakan/atau aliran cahaya, ada posisi akhir pergerakan POI yg tertangkap, beku dan freezze, boleh tidak memeakai tripod.
caranya:
Kamera diarahkan pada suasana yg hendak difoto, boleh dibidik tanpa melihat view finder, boleh juga dgn membidik langsung, memang tidak semua foto bagus hasilnya, Btw banyak juga hasil foto yg cukup membuat “kejutan” diluar perkiraan kita, sehingga foto tersebut jadi “unik” not ordinary shot.
Untuk eksploring lebih dalam, dapat kita mainkan tehnik Zomming & Rotating.
1. tehnik Zooming, mainkan zoom maju-mundur pada saat shutter sedang terbuka, bertujuan untuk memperkuat efek gerak, dll. Posisi flash nyala diawal dan terakhir, pakai rear sync (2nd curtain) with low speed ( blub s/d speed 1/2)
2. tehnik Rotating, putar body camera anda pada saat shutter sedang terbuka, bertujuan untuk memperkuat efek gerak berputar, dll. Posisi flash nyala diawal, pakai posisi flash normal (1st curtain) dengan low speed ( blub s/d speed 1/2)
Dgn sering latihan, kita akan semakin memahami karakteristik gaya ini.
Pop Up / Internal Flash……..
Kini aku baru sadar, dirimu yg mungil itu lumayan berarti dalam eksplorasi ku dalam memotret.
Contoh foto pakai rear sync (2nd curtain) with low speed:
saya gunakan kamera Nikon D70s & D200, serta lensa Tamron 17-50 mm f 2.8 & Nikon 18-200 vr f 3.5. Pop Up / Internal Flash posisi Direct.
D70s lensa Tamron 11-18mm f 4.5-5.6
D70s lensa Tamron 11-18mm f 4.5-5.6
D70s lensa Tamron 11-18mm f 4.5-5.6
D200, lensa Nikon 18-200 VR f 3.5 (vr off)
D200, lensa Nikon 18-200 VR f 3.5 (vr)
S3pro, lensa Tamron for Nikon 11-18mm
S3pro, lensa Tamron for Nikon 11-18mm
Contoh foto pakai flash (1st curtain) with low speed:
Sisi lain manfaat Pop Up/ Internal Flash
Untuk direct flash dalam bermain efek motion diatas memang ok, btw untuk foto close up dan portrait lainnya jika tidak diberi accessoris tambahan, foto kita jadi datar, malah ada kekurangannya….
detail, review dan solusinya lihat disini :
http://nickodarwis.multiply.com/journal/item/13