Minggu, 30 Desember 2007

(SHARE) Pop Up/Internal Flash Nasibmu kini ?


Go !.....Pop Up /  Internal flash


Nasib mu terkesan hanya pelengkap dalam kamera ku !
Ketika ku bawa motret, banyak kuhindari pemakaian mu.

Dipikiran ku…..,

Kalau ku pakai foto jadi flat, nggak greget, murahan dan bergaya “biasa banget”…!

Kalau diposisikan terbuka, aku takut, kamu patah, karena bentuk mu
yg
kurus dan rapuh, sehingga kalau aku jual body slr ini kelak, harga menungkik-turun dgn tajam.
Kusimpan saja dirimu itu…..


Dalam mengekslpore fotografi, memang kita harus terus mencoba-mencoba dan mencoba.
Foto-foto kita buat, ada baiknya tampil beda, nggak sekedar dok
umentasi (foto yg kaku, foto dengan sinar terang benderang. “Foto biasa”, an ordinary picture coming from an ordinary shot), tetapi berusaha foto tsb bisa disebut “karya fotografi” yg minimal saja sudah cukup, nggak muluk-muluk lah dgn “gear standart”…hehehehe
foto dapat bercerita dan “greget” untuk diamati….ada permainan cahaya dan sedikit efek-efeknya. Mengkutip dari HS Gautama, sebaiknya kita berusaha menciptakan “ilusi visual”. Disinilah maka akan muncul “rasa” dalam foto tersebut. http://hsgautama.multiply.com/journal/item/242/Fotografi_Cahaya_Selektif


Pada shutter speed lambat kamera foto, banyak momet yg tak terduga, efek mengalir atau motion dari obyek bergerak atau gerakan cahaya dapat juga memper”unik” foto-foto kita.


Tanpa flash permainan efek motion cahaya bisa dilakukan, tetapi obyek yg tidak terkena sapuan sinar menjadi gelap, dan benda (POI) yg bergerak tidak dapat “dibekukan” frezze. Untuk membuat foto yg lebih berbicara pada
shutter gerakan lambat, seringnya kita membutuhkan POI yg terang dan ada efek bekunya, agar foto dapat bercerita dengan baik, suasana gembira, aksi, dll dapat dipertahankan.

Selama ini, ada suatu pemikiran..jika tidak memiliki flash (GN tinggi, TTL BL dan kecanggihan lainnya) serta tripod pro (ada ballheadnya) jangan merasa, “wah gw nggak punya flash dan tripod nih” nggak bisa ikut dari ajakan hunting “night shoot” dengan temen2 yg bikin event kecil tsb.   Hal lainnya lagi, seringnya kita berpergian cuma membawa peralatan minimal gear kita
, gampang dibawa dan dapat masuk tas kecil, dengan body DSLR berserta lensa kit (atau satu lensa favorite saja), tanpa tripod (nggak mau ribet) bahkan terkadang kita cuma membawa lensa pocket.

Internal/pop up flash internal yg sering dihindari pemakaiannya sebenarnya menyimpan beberapa manfaat untuk meningkatkan skill dan penetrasi gaya fotografi kita.

Kalau di kamera pocket menyediakan mode exposure “night scene” sehingga terpilih shutter speed rendah dan flash internal tetap menyala.

Pada kamera DSLR dapat mengaktifkan :
1. Flash Rear Sync (2nd curtain) pada setting flash
anda, flash ak
an hidup diawal “shutter on” dan akan “on kembali” menangkap posisi akhir pergerakan POI.  Boleh memakai tripod untuk bertahan dari guncangan dari shutter yg panjang.  Sah-sah juga jika tidak memakai tripod

2. Flash normal (1st curtain)
pada setting flash anda, flash akan hidup diawal, dan rana yg terbuka akan merekam gerakan POI. 
Boleh memakai tripod untuk bertahan dari guncangan dari shutter yg panjang.  Sah-sah juga jika tidak memakai tripod feel free !

Kebanyakan DSLR memiliki setting shutter speed “BLUB”. Shutter speed ini biasanya ditandai dgn huruf “B”.  Jika kamera diatur ke setting Blub
maka shutter akan terbuka selama tombol shutter ditekan. Shutter speed dapat kita kontrol sesuka kita dari speed tinggi ke rendah sekalipun, biar lebih fleksible.

Semakin lama shutter speed dibuka (8 s/d 30 detik bisa lebih) maka gambar menjadi terang dan obyek yg bergerak akan terlihat mengalir.

Satu yg pasti penggunaan shutter speed yg panjang membuat kamera rentan terhadap goyangan, POI bisa blur/shake. 

Namun jika menggunakan flash, minimal pop up/internal flash, dengan tehnik Rear Sync (2nd curtain) yg hidup diawal ketika shutter on dan akhir ketika shutter d
ilepas.  Atau bisa dgn Flash (1st curtain), dan
diantara gerakan/atau aliran cahaya, ada posisi akhir pergerakan POI yg tertangkap, beku dan freezze, boleh tidak memeakai tripod.

caranya:
Kamera diarahkan pada suasana yg hendak difoto, boleh d
ibidik tanpa melihat view finder, boleh juga dgn membidik langsung, memang tidak semua foto bagus hasilnya, Btw banyak juga hasil foto yg cukup membuat “kejutan” diluar perkiraan kita, sehingga foto tersebut jadi “unik” not ordinary shot.


Untuk eksploring lebih dalam, dapat kita mainkan tehnik Zomming & Rotating.
1. tehnik Zooming
, mainkan zoom maju-mundur pada
saat shutter se
dang terbuka, bertujuan untuk memperkuat efek gerak, dll.  Posisi flash nyala diawal dan terakhir, pakai rear sync (2nd curtain) with low speed ( blub s/d speed 1/2)
2. tehnik Rotating, putar body camera anda pada saat shutter sedang terbuka,
bertujuan untuk memperkuat efek gerak berputar, dll. Posisi flash nyala diawal, pakai posisi flash normal (1st curtain) dengan low speed ( blub s/d speed 1/2)
Dgn sering latihan, kita akan semakin memahami karakteristik gaya ini.


Pop Up / Internal Flash……..

Kini aku baru sadar, dirimu yg mungil itu lumayan berarti dalam ekspl
orasi ku dalam memotret.



Contoh foto
pakai rear sync (2nd curtain) with low speed:
saya gunakan kamera Nikon D70s & D200, serta lensa Tamron 17-50 mm f 2.8 & Nikon 18-200 vr f 3.5.  Pop Up / Internal Flash posisi Direct.

Foto pakai tripod :

D70s lensa Tamron 17-50mm f 2.8


Foto-foto tanpa tripod:

D70s lensa Tamron 11-18mm f 4.5-5.6



D70s lensa Tamron 11-18mm f 4.5-5.6


D70s lensa Tamron 11-18mm f 4.5-5.6


D200, lensa Nikon 18-200 VR f 3.5 (vr off)



D200, lensa Nikon 18-200 VR f 3.5 (vr off)



D70s lensa Tamron 17-50mm f 2.8



D70s lensa Tamron 17-50mm f 2.8



D200, lensa Nikon 18-200 VR f 3.5 (vr off)



D200, lensa Nikon 18-200 VR f 3.5 (vr)


S3pro, lensa Tamron for Nikon 11-18mm



S3pro, lensa Tamron for Nikon 11-18mm


Contoh foto pakai flash (1st curtain) with low speed:
saya gunakan kamera Nikon D300, serta lensa nikkor 10,5 mm f 2.8.  Pop Up / Internal Flash posisi Direct.

Foto tanpa tripod :

Nikon D300, serta lensa nikkor 10,5 mm f 2.8


Nikon D300, serta lensa nikkor 10,5 mm f 2.8


Nikon D300, serta lensa nikkor 10,5 mm f 2.8

Nikon D300, serta lensa nikkor 10,5 mm f 2.8







nb :

hasil foto anak ku Khalil diumur 5 th (TK nol besar) belajar efek ini : klik link dibawah





Sisi lain manfaat Pop Up/ Internal Flash

Untuk direct flash dalam bermain efek motion diatas memang ok, btw untuk foto close up dan portrait lainnya jika tidak diberi accessoris tambahan, foto kita jadi datar, malah ada kekurangannya….

detail, review dan solusinya lihat disini :

http://nickodarwis.multiply.com/journal/item/13





Senin, 24 Desember 2007

Foto with Available Light


selain menikmati dan cari duit di indoor fotografi, motret di outdoor fotografi sayang untuk tidak dibadaikan


libur panjang tgl 21 s/d 23 des 07 jalan-jalan ke bromo.
Motret jam 07:00 pagi
Kamera : Fuji S3Pro
Lensa : Tamron AF 17-50mm f/2.8 (for nikon mount)
Kecepatan : 1/90
Diafragma : f/16

tehnik foto, 3 frame, kiri-tengah-kanan, di stich dan permanis (burning & dodging) dikit di ps.



selain menikmati dan cari duit di indoor and outdoor fotografi, motret (dgn cahaya alam) ketika job & berwisata sayang untuk tidak diabadikan.

my facebook update album

Senin, 17 Desember 2007

(SHARE) Beberapa review "alat cahaya" selain lampu studio

Review ini sih cuma nambahkan pustaka "alat cahaya" dan accesorisnya, selain lampu studio.

Dalam semua jenis photography, tidak ada yg lebih penting dari pada “cahaya” yg baik. “cahaya” adalah segalanya. Ini dapat membuat perbedaan besar antara foto yg bagus dan foto yg jelek. Dalam perkembangannya terdapat banyak alat pendukung minimal untuk pencahayaan kita, contoh lampu tembak, blitz eksternal & internal. Saat ini sudah banyak tersedia asecoris yg memperbaiki kelemahan dari cahaya flash, sbb:

1.  Lampu Unomat (spotlight)

unomat lx 1000 lampu untuk videografer ini kalo dikira-kira sekitar 4000 an kelvin, soalnya skintone bahkan baju menjadi kuning (contoh foto asli, atas kiri). Idealnya 5400 kelvin untuk bikin cahaya lebih putih.
foto tsb, ketika blitz gw mati, dan videografer juga nge shoot, jadi gw ketiban kuning deh (kamera Nikon D70s)
karena kita sering menjadi satu team dgn videografer, ada baiknya "one for all, all for one" dapat di pergunakan videografer dan untuk fotografer....memang kalo kita set wb ke tungsen mungkin bisa, btw gw nggak pernah coba
soalnya moment yg sekejab bisa berantakan karena bolak-balik set wb, pakai or tidak pakai unomat tsb.

untuk asiknya pakai saja filter biru (untuk film dan tahan panas) include cashingnya....(contoh foto asli, kanan yg lagi cium tangan dan nangis dibawah)

disamping keunggulan bisa join dgn videografer, memang ada kelemahan juga, antara lain : panas, dan kalo dapet job dirumah kecil dibawah 6 ampere, bisa mati lampu.

Berikut Hasil foto reviewnya.

produk sejenis :

http://nickodarwis.multiply.com/journal/item/20


2. Blitz Eksternal

Saya mencoba motret pake beberapa acesories blitz, yg bertujuan acesoris mana yg cocok menemani liputan job motret gw pada suatu event, dalam percobaan tsb saya memakai blitz pake SB 800 Nikon, setting kamera untuk semua acc. sama, pakai remote, ditrigger pake IR Trigger "Tronic" sbg pemicu blitz.

A. Direct Flash : tidak pakai acesoris, terlihat pancaran sinar keras dan mengumpul.
B. Omni Bounce : cahaya lebih soft dan menyebar, walau tidak merata.
C. Small Dome Diffuser : kondisi cahaya lebih soft dibanding omni bounce.
D. Softbox Blitz : cahaya keras, soft dan tidak merata.
E. 1. Lightspere (Flash Diffuser) : cahaya soft dan menyebar luas dan merata. Cropping foto saya perluas (terlihat blitz mengecil).

nah sisanya tergantung sob-sob mau pakai yg mana? karena semuanya masing2x ada kekuatan dan kelemahan. Dari sisi saya pilihan jatuh pada lightsphere.

E. 2.  Berikut Hasil Lighspere Clear pada liputan.

Foto liputan wed klien (14/07/07)  (no ps retouch) gw foto dengan menggunakan lightspere “clear”

Kamera D70s

Lensa 50mm f/1.8

Blitz SB 800, diset manual

Iso 200, speed 1/400, f/2,8, focal length 50 mm

Hasil cahaya sangat baik dan rata….jika gw pake tehnik bounching tanpa “LS” sudah pasti, di bawah dagu/leher obyek gelap (shadow) begitu juga dibawah mata, gw nggak punya lagi contoh stok foto tanpa “LS” karena sudah sangat cocok memakainya


TIPS simpel bermain lightspere :
Ketika pertama memakai LS sering diketemukan foto yg tadinya pakai blitz doang cahaya pas, setelah pakai LS jadi Under Exposure (rada gelap)?

Saran saya kita berpikir sederhana dulu. Ketika motret dgn blitz plus LS, sudah tentu terjadi perubahan kadar cahaya. jika turun 1 atau 2 stop. lakukan tindakan sederhana, turunkan speed, jika tidak mau?. turunkan angka frahma. kalau nggak mau?. naikkan iso...sampai didapat cahaya yg pas, kena dihati.

Kalau mau cepat mengendalikan LS tersebut dan konsisten eksposure kita. Sederhanakan pancaran rutin flash, set di Manual pada power tertentu sesuka kita.

Ngandelin TTL tetap diutamakan, ada suatu posing or moment yg perlu kita pertahankan detail DOF, nggak POI saja terang, sementara BG hitam (black dead)...nah TTL boleh diandalkan dalam urusan manajemen kadar pancaran cahaya ini...hehehehe...komputer gitu, canggih dalam memperkirakan pancaran cahaya yg "pantas".....Sementara Manual kaku.... :)

Jadi sepatutnya kita pahami kembali, Hasil LS memperbaiki "keras"nya cahaya flash standar, LS membuat rata, halus dan menjalar kesegala penjuru (depan, kiri-kanan, atas, condong kebawah, dan bahkan kebelakang.....pantas dong kalau kita tetap memanfaatkan fungsi nyata dari "gadget" ini......
(mohon maaf jika ada kekurangan review saya yg "newbe" ini)

F. Whaletail

Pancaran Cahaya banyak pilihan (walau perbedaannya tipis, namun tetap terlihat beda pada detailnya) disebabkan whaletail punya 2 jendela (Flap) yg dapat dibuka tutup (seperti barndoor pada flash studio) dan bentuk body yg beda depan-belakang. Sangat cocok pada pemotretan santai, ingin eksperimen dan mensetting cahaya flash setepat mungkin.
Kalau Lighspere keungulan utama di liputan,
Sementara WhaleTail, selain fungsi sama dg lighspere dalam motret person, dia sangat menonjol untuk motret makro.

Foto seri anak gue dibawah (16/10/07) (no ps retouch) gw foto dengan menggunakan whaletail dengan bg putih
Kamera D70s
Lensa Tamron17-50mm f/2.8
Blitz SB 800, diset TTL
Iso 200, speed 1/400, f/4,5, focal length 35 mm

Berikut Hasil Whaletail pada pengetesan.

Foto Baris Atas : Bagian depan Whaletail, (Front Power Position) dengan variasi buka tutup jendela (flap) dalam beberapa kondisi.

Foto Baris Tengah : Bagian belakang Whaletail, (Back Softeness Position) dengan variasi buka tutup jendela (flap) dalam beberapa kondisi.

Foto anak gw paling Bawah: pojok kiri direct flash (tanpa pakai whaletail) cahaya keras dan frontal, kedua, bouncing, (cahaya merata, namun diwajah ada shadow),

Foto pojok kanan gw pakai filter orange : set kamera WB di flourence/gambar lampu neon panjang (foto pojok kanan), foto kirinya set WB di incandescent/gambar lampu pijar.

Walau perbedaan karakter cahaya tipis, namun tetap terlihat beda pada detail foto, sehingga jika waktu santai dan ingin serius mensetting detail cahaya yg pas menurut anda, sangat asik memainkan posisi body atau jendela (flap) whaletail ini.

Foto Macro (16/10/07) (no ps retouch) gw foto Tidak pakai flash & whaletail
Foto lalat kiri.
Kamera D70s
Lensa Nikkor Micro 105mm VR ED f/2.8 (VR off)
Iso 320, speed 1/80, f/3,8, focal length 105 mm.

Gue motret macro di jam 5 sore, untuk mendapat cahaya cukup, dapet settingan seperti diatas, hasilnya juga nggak mantep, bg rada over karena metering di POI, dah banyak berkorban, tapi tetap aja dapat POI shake (buram dikit).
Jika gw pake settingan kamera pada foto lalat kanan, Tapi tetap tanpa flash dan whaletail tentunya (detail data tehnis dibawah), maka hasil foto jadi gelap, sgt under. Karena tidak ada cahaya yg baik dan cukup pada jam 5 sore tsb.

Dengan menggunakan flash & whaletail,
Foto lalat kanan
Kamera D70s
Lensa Nikkor Micro 105mm VR ED f/2.8
Blitz SB 800, diset TTL
Iso 200, speed 1/250, f/6,3, focal length 105 mm.

Di jam 5 sore tsb, untuk mendapat cahaya cukup, POI tajem & metering pada bg terjaga, gue pake flash TTL dan whaletail dengan asik coba beberapa posisi body dan jendela (flap), akhirnya cocok dgn posisi belakangnya didepan (back softness), jendela (flap) didepannya gw buka ?, agar keluar dan sbgn cahaya mantul pada jendela (flap) ? buka, terus dan kebawah. Dengan settingan seperti diatas, hasilnya lalat kawinnya mantep dg POI tajam & bg hijau blur segar.

2. Blitz Internal /  Pop Up

Jika tanpa accesoris yg baik sudah tentu kita sangat jarang menggunakannya.

Dalam perkembangannya, terdapat suatu accesoris yg membuat hasil pencahayaan internal flash ini lebih baik, sbb:

Internal Flash Diffuser / Pop-Up Flash Diffuser “Spirit”, sangat cocok bagi kita yg mau ringkas, jalan dengan membawa gear minimal, ketika butuh cahaya dengan pop-up / internal flash kita, namun menginginkan hasil foto pancaran cahaya seperti lightspere…

 

 Berikut Hasil Pop Up Diffuser pada pengetesan focal lenght 50 mm.

untuk cepat test (nikon d70s, lens 50 fix f1,8) gw pakai setting yg sama, jarak sama, pakai ps cuma crop dan susun foto doang,
foto direct internal flash jatuh shadownya kuat ya, dan anak gw rada protes kena cahaya keras.
ini contohnya:

 

ini yg pake pop up, lebih soft, dan bayangan menganggu jadi memudar-cenderung hilang, jenius gadgetnya om GF

 

 Berikut Hasil Pop Up Diffuser pada pengetesan wide focal lenght 17 mm.

keuntunggan lainnya, ketika kita motret pakai flash internal pada posisi lens wide "17 mm" memakai lens hood (nikon D70s lensa tamron 17-50 f2.8) maka seperti terlihat di contoh foto (setting dan jarak yg sama), dibgn perut ada shadow lens hood.
ketika pakai pop up diffuser, simsalabim !.... hilang...ckckckck....mantap

model : ervan fner, sabtu kemarin, yg lagi kerumah ambil paket lampu.

Sisi Lain Manfaat dari Pop Up/Internal Flash Diffuser ini :

Pop Up Diffuser ini dapat juga sebagai pelindung "bumper" pop up/internal flash yg kurus dan terkesan rapuh, dari patah karena benturan.  Pop Up Diffuser melindunginya. Mantap kan !


Compatible with:
Nikon : D100, D200, D300, D40/X, D50, D70/S, D80
Canon : 10D, 20D, 20Da, 300D, 30D, 40D, 350D, 400D, D30, D60, Powershot Pro1
Fuji : Finepix 6900, S1, S2, S3, S20, S5
Olympus: E400, E410, E500
Sony : a 100, DSC R1


Kebetulan gue punya beberapa produk accesories tsb :

1. Filter Spot Light : (unomat LX 1000)  (include : Rangka dan filter)

2. Paket Lightsphere bonus Chrome atau Amber Vault :   Clear atau Cloud (seri P/C) 3th party, tergantung merk blitz, (include : tutup mug dan mug) 

acesorisnya :

a. Chrome Vault…(tutup mug silver, universal kesemua mug LS seri P/C) for double power and efficiency

ATAU,

b. Amber Vault...(tutup mug warna orange, universal kesemua mug LS seri P/C) for special warming color effectsCode,

Merk Blitz dan Size yg cocok (update) :

P1/C1 = SB600, SB800 (lebar blitz 6,2 – 6,5 cm, tebal blitz 3,9 – 4,2 cm)
P2/C2 = 420EX, 430EX, F32X (lebar blitz 6,4 – 6,8 cm, tebal blitz 3,5 – 3,8 cm)
P3/C3 = 380EX, SB 26/27/28, Sony HVL-F56AM (lebar blitz 6,8 – 7,2 cm, tebal blitz 4,6 – 4,9 cm)
P4/C4 = 580EX, 550EX, metz 54MZ, Sigma 500DG, Nissin di 622, Pentax AF 540 FGZ (lebar blitz 7,3 – 7,7 cm, tebal blitz 4,6 – 4,9 cm)

Jika blitz anda tidak termasuk dalam uraian tsb, tinggal ukur saja lebar dan tebalnya moncong blitz sebagai dudukan flash diffuser ini.

3. Magician Flash Diffuser : (Whaletail 3th party)...universal, 

- WT Acc.: Flap orange, Flape Chrome ilver and 4 color gel (R, G, B, O) 

4. Internal Flash Diffuser / Pop-Up Flash Diffuser : 3th party “Spirit"....universal 

Harga belum termasuk onkir.

 

Nicko Darwis 0815 9975319 – 021 99175335

YM : nickodarwis

lokasi kantor Jak Sel, rumah Bekasi Barat

 

produk lainnya :

www.mitraphotography.com


dan
http://nickodarwis.multiply.com/photos/album/12/Rekap_Produk


 

Minggu, 09 Desember 2007

(SHARE) Membuat Foto Lebih Berdimensi dgn Cahaya Minimal

Dalam semua jenis photography, tidak ada yg lebih penting dari pada “cahaya” yg baik. “cahaya” adalah segalanya. Ini dapat membuat perbedaan besar antara foto yg bagus dan foto yg jelek.  Dalam perkembangannya terdapat banyak alat pendukung minimal untuk pencahayaan kita, contoh blitz eksternal. Saat ini sudah banyak tersedia asecoris yg memperbaiki kelemahan dari cahaya flash,  sbb:

 

 

 

Saya mencoba motret pake beberapa acesories blitz, yg bertujuan acesoris mana yg cocok menemani liputan job motret gw pada suatu event, dalam percobaan tsb saya memakai blitz pake SB 800 Nikon, setting kamera untuk semua acc. sama, pakai remote, ditrigger pake IR Trigger "Tronic" sbg pemicu blitz.

 

1. Direct Flash : tidak pakai acesoris, terlihat pancaran sinar keras dan mengumpul.

2. Omni Bounce : cahaya lebih soft dan menyebar, walau tidak merata.

3. Small Dome Diffuser : kondisi cahaya lebih soft dibanding omni bounce.

4. Softbox Blitz : cahaya keras, soft dan tidak merata.

5. Lightspere (Flash Diffuser) : cahaya soft dan menyebar luas dan merata. Cropping foto saya perluas (terlihat blitz mengecil)

 

nah sisanya tergantung sob-sob mau pakai yg mana? karena semuanya masing2x ada kekuatan dan kelemahan.

 

Dari sisi saya pilihan jatuh pada lightsphere.

 

KEUNGGULAN LIGHTSPERE

 

Pancaran cahaya luas, mudah dibawa ketika motret sibuk (mug plastik lentur), ketika merubah posisi kamera horizontal menuju vertical, blitz di naik-turun kan, karakter cahaya masih sama, beda tipis, karena bentuk lighspere bulat, depan-belakang, kiri-kanan bodynya sama. Memasangnya mudah dan kalau jatuh tidak rusak.  Sangat cocok untuk motret sibuk, waktu sempit, seperti liputan suatu acara.

 

Foto liputan wed klien (14/07/07)  (tanpa olah digital) saya foto dengan menggunakan lightspere 3 party  yg clear + tutup standar

 

Kamera : D70s

Lensa : Nikkor 50mm f/1.8

Blitz : SB 800, diset manual

Iso 200, speed 1/400, f/2,8, focal length 50 mm.

 

Hasil cahaya sangat baik dan rata….jika saya pake tehnik bounching tanpa “LS” sudah pasti, di bawah dagu/leher obyek gelap (shadow) begitu juga dibawah mata, saya nggak punya lagi contoh stok foto liputan tanpa “LS” karena sudah sangat cocok memakainya

 

 

Namun kebutuhan selanjutnya untuk membuat foto lebih berdimensi apa cukup dgn peralatan tsb diatas?

 

Contoh foto kedua dibawah ini…blitz dengan lighspere saja, mantap, secara pencahayaan sudah baik, terang, rata tidak ada shadow yg menganggu pada bawah leher…dan tidak keras seperti kita pakai direct flash.

 

 

namun foto saya ini jujur saja, nggak "greget", flat dan kurang berdimensi, memang ketika kita deliver ke klien plus di masak lagi diphotoshop (ps) foto tsb lebih greget, btw bagi saya untuk masuk ke ps materi foto harusnya sudah baik (agar tidak disebut photoshoper) dan ps bertujuan memperbaiki kekurangan foto kita, bukan tujuan akhir (ketika klien ngeliat langsung foto kita di lcd, dan ber ujar “mas fotografer kok fotonya gelap”…kita sigap membalas “tenang aja mbak ntar di ps jadi bagus deh”….) nah ini photosopher hehehehe.

 

Jadi ada baiknya kita mulai menambah pencahayaan, minimal satu lampu lagi agar foto lebih "greget" dan berdimensi….

ini contohnya :

(pakai blitz dan lighspere dan 1 lampu 500w dengan filter kuning atau bisa dgn lampu unomat 1000 lx atau lampu tembak lainnya)

 

 

Gimana ? lebih berdimensikan, cuma ditambah satu lampu yg saya pancarkan dari bawah tangga.

memang bisa kita buat lebih baik dan terkonsep, namun dalam event wed yg acaranya sibuk , cepat, kadang waktu sempit dan kejadian tidak terulang lagi, karena banyak acara adat yg menunggu, yah hasil diatas dengan sedikit posing yg kita arahkan cukup memuaskan juga dalam situasi tsb.

 

untuk waktu santai, satu lampu juga dapat membuat foto yg lumayan, sbb:

http://nickodarwis.multiply.com/photos/photo/3/1

 

Ayo mari kita menambahkankan warna dalam “melukis dengan cahaya” minimal 1 lampu lagi tambahkan, foto kita akan lebih "berdimensi".

 

Nb:

mau lihat produk di www.mitraphotography.com

or call me for support 021-99175335

 

 

Senin, 03 Desember 2007

Mix Light Foto


enaknya use ligthing
saya sering menggabung beberapa foto

foto ini, stok gedung foto available light
foto ke dua blanco family pada kumpul baru di foto dgn lighting 2 buah.
foto selanjutnya batang kayu tua juga dgn light....kalau burung available saja.

"blanco family"

THE BLANCO RENAISSANCE MUSEUM
”the home, the studio, the galleries, the garden, the balinese family and the creative works of the artist”

para cucu don antonio blanco & ni ronji blanco
atau (anak mario blanco & wimas, anak orchid serta anak mahadewi blanco)
kanan ke kiri : antonio, zeta, fortunia, paloma, eugenia, angie & felicia

sebagian besar element keindahan yg ada di museum blanco, dicoba dikumpul di satu spot, ya begini jadinya :) matur suksma

foto & digital imaging by : nickodarwis
ubud, bali 2011

taken from album "people in my country"


tips menggabung foto, klik ini...

Foto-foto yg dihasilkan dgn paket lampu Murmer Custom (keinginan buyer)

speksifikasi up 2 u....custom berdasar keinginan :)

detail produk :

www.mitraphotography.com

atau klik :
Rekap Produk MP mitraphotography


"my other portofolio", klik :
my candid and other photo (project)
my layout photo (project)
my album photo (project)
my outdoor photo (fun & project)
my facebook update album